Oleh: Al Jupri
Dalam suatu acara yang dihadiri para matematikawan Indonesia, tahun 2003 yang lalu, seorang ahli bahasa alias linguis mendapat kesempatan bicara di depan mereka. Ya, sang linguis* yang bertindak sebagai pejabat itu membuka acara penting bagi para matematikawan tersebut.
Saya yang kebetulan hadir waktu itu, bukan sebagai matematikawan tentunya, mendapat sebuah gurauan alias joke segar dari sang linguis tersebut. Joke yang hingga saat ini terngiang-ngiang dalam ingatan. Ah dasar tukang nginget-inget kejadian/cerita!
Sang Linguis: “Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.”
Para hadirin sebagian menjawab salam tersebut, sebagian yang lain, yang non muslim tentu diam saja.
Kemudian, setelah berbasa-basi kesana-kemari, mengucap salam hormat pada para hadirin, Sang Linguis ternyata sedikit iseng. Dia tak langsung ke inti pembicaraan. Tetapi, seperti biasa, sebagai seorang yang dengan kemampuan bahasa yang hebat, untuk menyegarkan suasana sepertinya, waktu itu dia sedikit bergurau.
Sang Linguis: “Sebetulnya, saya sedikit gemetar bicara di depan orang-orang jenius seperti Anda-anda sekalian. Terutama pada bapak yang di samping saya ini….” (Yang dimaksud beliau adalah pada seorang matematikawan dari salah satu perguruan tinggi yang katanya paling terkenal di Indonesia. Sementara itu Sang Matematikawan, seperti tak ada ekspresi, dingin saja.)
Sang Linguis: “Bapak yang di samping ini berkaca mata….” (Sang Linguis, seperti tertahan, beberapa detik dia berpikir, kemudian tersenyum. Sedangkan Sang Matematikawan mulai terusik, sepertinya dia bertanya-tanya ada maksud apa gerangan? Apa maksud Sang Linguis berkata demikian?)
Sang Linguis: “Nah, orang yang berkaca mata itu ada dua kemungkinan!” (Sang Linguis lagi-lagi diam beberapa detik, sang hadirin pun seperti tak sabar menanti kedua kemungkinan tersebut, senyap, diam menunggu. Apalagi sang matematikawan.)
Sang Linguis: “Kemungkinan pertama, orang berkaca mata itu pasti orang yang sangat cerdas, jenius, hebat!” (Sang matematikawan berusaha low profile, kembali tanpa ekpresi. Sedangkan hadirin yang lain, makin menanti apa gerangan kemungkinan kedua itu? Dan tetap masih senyap menyimak dengan khusu apa yang dikatakan Sang Linguis.)
Sang Linguis: “Sedangkan kemungkinan keduanya, orang yang berkaca mata itu…. “ (Sang Linguis sengaja menahan perkataannya. Hadirin makin penasaran. Sedangkan matematikawan tampak bergumam, tersenyum simpul, dan sepertinya berkata, “Wah pasti bakal ga enak nih…” ).
Sang Linguis: “Adalah orang yang…mmm… aaaa… mmm… aaaa… mmm… kurang gizi!!!!”
Hua ha ha ha ha ha ha… hampir seluruh hadirin terbahak-bahak, tertawa, terpingkal-pingkal, termasuk saya. Sang Matematikawan pun ikut tertawa, walau agak kecut sepertinya.
Selanjutnya, setelah gurauan segar tersebut, Sang Linguis, seperti pejabat lainnya, masuk ke inti pembicaraan.
Kemudian, kini giliran Sang Matematikawan maju memberikan beberapa penggal kata-katanya. Dalam isi pembicaraannya, setelah berbasa-basi, Sang Matematikawan memberi gurauan balasan.
Mohon maaf, saya tidak akan melanjutkan cerita ini. Maaf ya…
Pertanyaannya, seperti apa kira-kira balasan gurauan yang dilontarkan Sang Matematikawan pada Sang Linguis tersebut? Selamat mengira-ngira! Saya tunggu perkiraan Anda di kolom komentar.
I hope you enjoy reading this story. 😀
=======================================================
Ya sudah segitu saja ya perjumpaan kita kali ini. Selamat menikmati artikel ringan ini. Semoga bermanfaat. Amin. Sampai jumpa di artikel mendatang.
Catatan: Sang Linguis itu adalah seorang professor sastra Inggris dari salah satu perguruan tinggi terkemuka di tanah air.
Sumber: Bicara Matematika